Bronkiektasis dengan Emfisema Bulosa pada Pasien Post Tuberkulosis Paru: Sebuah Studi Kasus
Abstract
Latar Belakang: Bronkiektasis merupakan penyakit paru-paru kronis yang ditandai dengan dilatasi bronkus irreversible yang persisten, disertai proses inflamasi pada dinding bronkus. Sebelumnya prevalensi bronkiektasis tidak banyak diketahui namun statistic global menunjukkan bahwa kejadian bronkiektasis telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan bisa mengenai semua kelompok usia. Di Indonesia belum ada laporan angka pasti mengenai penyakit ini, namun cukup sering ditemukan di klinik atau rumah sakit.
Tujuan: Untuk melaporkan kasus bronkiektasis dengan emfisema bulosa pada pasien post tubekculosis paru, wanita berusia 63 tahun di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.
Deskripsi Kasus: Wanita berusia 63 tahun datang ke Poli Radiologi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan keluhan kontrol pengobatan post TB Paru, disertai batuk minimal dan terkadang mengalami sesak nafas. Pasien terdiagnosis TB pada 18 Mei 2022 dan telah melakukan pengobatan TB selama 9 bulan, hingga terdiagnosis sembuh oleh dokter pada 27 Maret 2023. Pasien memiliki riwayat penyakit maag dan anoreksia, serta alergi ethambutol. Kondisi pasien saat datang kontrol ke rumah sakit yaitu compos mentis dengan GCS total 15 (E4V5M6), tampak lemas, tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 84 kali/menit, frekuensi nafas 22 kali/menit, SpO2 98% dan suhu 36,4oC. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, dan wheezing +/-. Pemeriksaan HRCT thorax menunjukkan tanda volume loss di paru dekstra dengan bronkiektasis dengan garis fibrotic disekelilingnya dan proses awal bronkiektasis di paru sinistra lobus inferior segmen anterior, menyokong post infeksi TB.
Kesimpulan: Bronkiektasis ditandai oleh dilatasi bronkus yang irreversible dan persisten, disertai proses inflamasi pada dinding lumen bronkus dan parenkim paru. Etiologi paling sering dari bronkiektasis ialah post infeksi paru, seperti tuberculosis. Pada bronkiektasis post TB juga dapat memberikan gambaran multiple bula pada paru (emfisema bulosa). Diagnosis ditegakkan berdasarkan kondisi klinis dan pencitraan radiologi. Sangat diperlukan penanganan yang adekuat terhadap kasus TB Paru dan modifikasi gaya hidup yang tepat, sehingga dapat meminimalisir kerusakan paru yang mungkin ditimbulkan pasca infeksi TB.